Dukung Ibu Sinta dari NTT kirim surat untuk keponakan Presiden Prabowo, yuk!

Surat untuk Sara

Ini adalah suara keberanian dari Ibu Sinta, seorang ibu, pembudidaya rumput laut, sekaligus nelayan dari Kupang, NTT, yang menulis surat terbuka kepada Rahayu Saraswati—anggota DPR, anak dari Hashim Djojohadikusumo, dan keponakan dari Presiden Prabowo. Dalam suratnya, Ibu Sinta mengajak Sara agar turut mendesak Presiden Prabowo untuk segera mengambil langkah nyata: melipatgandakan target energi terbarukan Indonesia sebagai solusi nyata krisis iklim. Dukung suara Ibu Sinta, dengan tambahkan namamu dalam surat ini dan kirim ke Sara. Bersama-sama kita dorong Sara menunjukkan komitmen nyata untuk iklim yang adil bagi semua.

Dukung Ibu Sinta kirim surat untuk Sara, yuk!

Saya, (tulis nama Anda), bersama Ibu Sinta, mengirim surat untuk Sara dengan isi di bawah ini:

Surat untuk Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
Dari seorang ibu, nelayan, dan warga Indonesia yang terdampak krisis iklim

Yang terhormat Ibu Sara,

Nama beta Sinta. Beta seorang ibu, nelayan, pembudidaya rumput laut dari Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Surat ini beta tulis dari hati seorang ibu kepada sesama ibu—karena hanya hati seorang ibu yang bisa mengerti beratnya rasa takut kehilangan masa depan untuk anak-anak kita.

Beta mengikuti yang Ibu Sara pernah suarakan. Ibu bicara soal hutan Papua dan masyarakat adat Awyu. Ibu juga pernah membela polisi di NTT yang dihukum karena bongkar mafia BBM. Ibu sampaikan pentingnya libatkan perempuan, disabilitas, serta masyarakat adat dalam kebijakan iklim. Itu hal besar, Ibu. Beta rasa Ibu berani berdiri untuk rakyat kecil.

Waktu Siklon Seroja datang, hidup kami berubah. Alat tangkap rusak, perahu hilang. Dulu penghasilan cukup untuk menabung, sekarang tak menentu. Beta sampai harus meminjam uang ke koperasi, bahkan ke rentenir... cuma untuk kasih makan anak-anak. Beta menanam rumput laut, tapi cuaca sekarang susah ditebak. Angin kencang, gelombang tinggi. Bibit mahal. Tali mahal. Tempat beli jauh.

Sekolah anak-anak juga rusak. Mereka susah belajar. Gizi turun. Kadang di rumah hanya tersedia mie sama daun kelor. Dan itu belum bencana berikutnya. Beta pun bertanya—kalau sekarang sudah begini, apa lagi yang anak-anak kami harus hadapi nanti? Di mana keadilan untuk anak-anak kami, untuk generasi yang akan datang?

Dari kawan-kawan penggiat lingkungan, Beta belajar bahwa Indonesia pernah berjanji kepada dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang bikin bumi panas itu. Harusnya lewat kurangi industri batu bara, minyak, gas... dan ganti ke tenaga matahari, angin, dan mikrohidro. Tapi pemerintah Indonesia seperti tidak serius? Menetapkan target janji yang sangat lemah. Sementara rakyat kecil seperti beta yang rasa dampaknya paling dulu.

Ironis, bahwa kami yang berkontribusi paling kecil terhadap krisis iklim  justru menanggung beban terberat, terutama perempuan dan anak-anak. Beta bertanya, ini kan ketidakadilan?

Ibu Sara, kami memohon dukungan Ibu untuk petisi “3x Lipat Energi Terbarukan 2030.” Petisi ini mendesak Presiden Prabowo untuk menyegerakan transisi ke energi bersih untuk solusi krisis iklim, solusi mengurangi bencana-bencana yang kami alami langsung. Ini bukan soal angka di atas kertas. Ini soal hidup. Soal keadilan.

Beta tahu Ibu Sara duduk di Komisi VII DPR sebagai wakil rakyat terpilih. Komisi Ibu mengurus industri, UMKM, pariwisata, publikasi. Tapi semua itu... hancur kalau krisis iklim tidak ditangani. Pantai rusak, pariwisata tidak laku. Laut tak stabil, rumput laut gagal. UMKM kesulitan. Bencana datang terus. Kalau emisi tidak ditekan, ekonomi rakyat ikut hancur. Apa yang Ibu perjuangkan di Komisi juga akan sulit dicapai.

Beta tahu Ibu bisa bicara langsung ke Presiden Prabowo, seperti waktu membela polisi dari NTT. Kami mohon Ibu menggunakan pengaruh ini untuk menyuarakan kepentingan rakyat kecil. Dorong Presiden untuk melipatgandakan komitmen iklim Indonesia. Ambil langkah nyata. Tinggalkan industri kotor penyebab krisis iklim. Bangun masa depan yang bersih, adil, dan aman untuk semua. Selamatkan masyarakat yang berada di garis depan krisis iklim seperti kami.

Beta meyakini Ibu Sara tidak akan tinggal diam. Suara Ibu memberikan harapan buat kami perempuan pesisir, para ibu, rakyat kecil—dan terutama, buat masa depan anak-anak. Dengan mendukung petisi ini, itu bukan cuma tanda keberpihakan Ibu pada keadilan, tapi juga bukti bahwa Indonesia bisa jadi pemimpin yang berani di tengah krisis iklim.

Mungkin suara beta kecil, tapi kalau Ibu mendengar, sejarah bisa berubah. Dan anak-anak kami… akhirnya bisa bernapas lega.

Dengan penuh harap,

Yasinta Yunita Adoe
Nelayan, Pembudidaya Rumput Laut, & Ibu dari Kota Kupang, NTT

Kamu dapat mengubah pesan ini sesuai dengan keinginan kamu.

Hi !

We have your info saved from last time, just click the button below to continue.

Not ? Keluar

Nama*

Alamat e-mail*

Kota*

Mobile phone

Negara*

Jutaan orang melakukan aksi-aksi-aksi yang sederhana dan cepat untuk keadilan iklim – jadilah salah satu darinya. Dapatkah kami mengirimimu email tentang kampanye, cerita, dan aksi-aksi penting?

Ya, sertakan saya!

Maaf, tidak

Dengan melakukan tindakan ini, kamu menyetujui ketentuan layanan dan kebijakan privasi kami. Kamu dapat berhenti berlangganan kapan saja.