April 7, 2021

Bencana banjir di Indonesia dan Timor Leste Timbulkan Korban Jiwa

SIARAN PERS

Bencana banjir di Indonesia dan Timor Leste Timbulkan Korban Jiwa

Lebih dari 100 jiwa menjadi korban longsor dan banjir bandang yang terjadi sejak 4 April di Indonesia dan Timor Leste. Bencana yang diawali oleh hujan deras tersebut mengakibatkan ribuan orang kehilangan rumah dan semakin membutuhkan perawatan kesehatan di tengah pandemi.

Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa hari ke depan.

Sisilia Nurmala Dewi, Koordinator Tim 350.org Indonesia berkomentar:

“Banjir dan longsor yang dialami masyarakat semakin diperburuk oleh krisis iklim. Sayangnya, tak semua yang terdampak dapat bertahan hidup. Banyak penyintas yang juga terpaksa kehilangan rumah dan penghidupan mereka. Inilah mengapa kita harus berjuang untuk keadilan iklim. Semakin jauh Omnibus Law berlaku, lewat pencabutan sejumlah peraturan lingkungan, maka kita akan menyaksikan dampak bencana yang lebih parah–ada banyak desa yang hilang, rumah lenyap dan jiwa melayang.

Kami mendesak pemerintah untuk mengutamakan pemulihan yang adil bagi semua–utamakan keselamatan dan berikan bantuan bencana langsung pada masyarakat terdampak. Bencana ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan. Pemerintah bisa memulai dengan menghentikan proyek baru energi fosil–seperti PLTU Jawa 9 dan 10 dan segera bergegas berikan bantuan kemanusiaan baik finansial dan medis secara langsung. Kehidupan sedang dipertaruhkan, dan kita semua harus belajar dari bencana ini. Menyaksikan masyarakat menderita karena krisis iklim yang dipicu oleh energi fosil ini–adalah pil pahit yang sulit ditelan.”

Bernadinus Steni, Chief Legal Officer dari Inobu Foundation, yang lahir dan dibesarkan di Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mengatakan:

“Badai semacam ini belum pernah terjadi. Yang biasa terjadi adalah badai lokal, dan hanya berlangsung beberapa jam. Kali ini, badai telah terjadi beberapa hari dan melanda seluruh NTT. Banyak komoditas masyarakat seperti cengkeh dan kopi yang rusak parah. Saya khawatir dengan persediaan pangan di sana.

Perubahan iklim memperparah dampak bencana, dan itu tak terbantahkan. Pulau tempat kelahiran saya, sayangnya, terdampak parah. Namun kalaupun tidak, pasti ada orang dan wilayah lain yang terdampak. Pemerintah harus bersiap siaga terhadap bencana dan mendorong adaptasi terhadap perubahan iklim, sebab akan ada lebih banyak badai yang akan terjadi. Mereka harus membantu masyarakat dan mengutamakan ekosistem. Hentikan industri ekstraktif seperti usaha tambang yang akan menghancurkan kemampuan kita bertahan dan menghadapi perubahan iklim.”

FacebookTwitter