Satu hal yang jelas dari laporan PBB minggu lalu tentang 1,5˚C adalah bahwa rutinitas belaka tidaklah berhasil. Industri energi kotor terus beroperasi dan mengurung kita dalam balutan dunia baru yang semakin panas–keuntungan buat mereka, dan bencana kebanyakan orang.
Jelas, ada yang harus berubah. Kita membutuhkan aksi politik yang baru, yang akan menyadarkan orang dan menjauhkan politisi dan industri menciptakan bencana yang lebih besar.
Untungnya, banyak orang di seluruh dunia, kian sadar dan termotivasi, menunjukkan pada dunia dalam seminggu terakhir, bahwa mereka siap menghadapi tantangan ini. Mereka beraksi dalam bidang politik bersama-sama, untuk melakukan perubahan yang berarti. Melalui beragam taktik, mereka membawa pesan yang kuat dan jelas kepada para pembuat keputusan: 1,5˚C berarti tidak ada lagi dukungan untuk industri energi kotor, dalam bentuk apa pun.
Bergabunglah dengan mereka: Wujudkan Dunia Bebas Energi Fosil
Menyebarkan Pengetahuan
Di Australia, masyarakat mengorganisir 47 aksi pada sejumlah kantor pemerintahan di sana. Sambil mencetak ringkasan laporan, sejumlah orang datang di kantor dewan setempat untuk menuntut agar mereka menaati dan mengambilk kebijakan dengan landasan sains dalam laporan tersebut– tidak mendanai proyek energi kotor, tidak mendukung proyek-proyek energi kotor seperti tambang batubara Adani, dan mendorong energi terbarukan. Aksi-aksi seperti ini memiliki dampak besar, walau dimulai dengan usaha yang sederhana.
Across Australia, people have been delivering copies of the #ipcc report to local officials with a clear message: 1.5˚C means zero fossil fuels. #FossilFree #1o5C
No matter where you live, you can too: https://t.co/fLfVN3DZHd pic.twitter.com/46pwlUsAVc
— 350 dot org (@350) October 12, 2018
Menghentikan Pendanaan
Pada hari Sabtu, di Swiss terlaksana pawai iklim yang mungkin terbesar sepanjang sejarah. Di Jenewa, 7.000 orang berkerumun di sejumlah bank, mempertanyakan peran bank yang mendanai proyek energi kotor. Mereka menarget Swiss National Bank dan Credit Suisse, penyumbang utama proyek energi kotor seprti, Keystone XL dan Dakota Access Pipeline di Amerika Utara. Dalam aksi tersebut, mereka menempel laporan IPCC ke dinding kantor.
Mereka bukan satu-satunya yang menarget bank. DiSelandia Baru dan Inggris, mereka menargetkan ANZ dan Barclays, meminta mereka untuk menghentikan pendanaan proyek energi kotor dan segera beralih mendukung energi terbarukan.
Ini adalah taktik yang mewarnai sejumlah aksi di Eropa selama akhir pekan, mereka menyerukan bahwa agar bisa menjaga suhu di bawah 1,5˚C, bank-bank tersebut tidak bisa lagi mendanai proyek gas, minyak bumi dan batubara—di manapun.
On Friday we called out one of the biggest roadblocks to the just transition away from fossil fuels: @ANZ_NZ
We believe in a safe climate and a better future —a just, prosperous, and equitable world built with the power of ordinary people. Join us!https://t.co/DVKVOkfRJw pic.twitter.com/CV4PmeN2iW— 350 Aotearoa (@350nz) October 15, 2018
Today we joined Oxford residents to tell @Barlclays to stop financing fossil fuels like #fracking in Yorkshire ❌#1o5C #gasdown #frackdown #DivestBarclays #fossilfree #divest pic.twitter.com/R7lcecxO2Q
— People & Planet (@peopleandplanet) October 13, 2018
Memberdayakan Masyarakat
Menyebarkan pengetahuan, mengajarkan ilmu, dan menjalin hubungan dengan masyarakat, adalah hal penting dilakukan untuk membangun kekuatan. Hal ini akan menciptakan kekuatan baru di masyarakat terdampak dan memastikan perlawanan terus dilakukan. Di Filipina, masyarakat di sana mengadakan lokakarya tentang 1,5˚C untuk belajar tentang bagaimana hal itu dapat berguna dalam aksi iklim dan bisa menjadi panduan untuk membangun ekonomi yang berkelanjutan.
Di Argakhachi, Nepal, bersama Powershift Nepal, mereka mengadakan lokakarya tentang isu ini ke sekolah.
Mengadakan Aksi
Terkadang, aksi turun ke jalan harus dilakukan. Di masyarakat terdampak perubahan iklim di Bangladesh, sejumlah perempuan membentuk rantai manusia di Sundarbans, daerah yang sangat rentan terdampak oleh batu bara. Di Sungai Buriganga, Dhaka, masyarakat di sana menyusun perahu mereka seperti matahari, dan menempel poster tentang 1,5˚C.
DiPrancis, sebulan setelah 150.000 orang melakukan demonstrasi iklim terbesar dalam aksi global Rise for Cimate, kini lebih dari 100.000 kembali bergabung dalam aksi iklim di 86 kota di seluruh Prancis. Sejumlah kelompok lokal bermunculan di puluhan kota di seluruh negeri selama sebulan terakhir. Mereka berencana jangka panjang untuk menargetkan pada pejabat setempat, dan terlibat dalam mobilisasi besar seperti ini.
Sains telah jelas– waktu kita semakin terbatas untuk masalah besar yang kita dihadapi. Kenaikan suhu 1,5˚C adalah batas bahaya, dan satu-satunya cara agar batas itu tak terlewati adalah dengan menghentikan ketergantungan pada energi fosil dan mendorong transisi adil dan segera menuju energi terbarukan. Semua cerita di atas telah menjadi inspirasi untuk bertindak. Kami menantang kamu untuk menjadi bagian perubahan