Oleh Hoda Baraka

Di berbagai belahan dunia, aksi untuk perubahan iklim meningkat dengan cepat; mulai blokade yang dilakukan Extinction Rebellion selama seminggu di London, hingga seruan pelaksanaan Kesepakatan Hijau Baru (Green New Deal) yang bergema di berbagai tempat di dunia dari Amerika Serikat sampai Spanyol. Juga ditandai dengan meningkatnya sejumlah kota dan negara yang mendeklarasikan keadaan iklim darurat. Jangan lupa juga pada keberhasilan gerakan divestasi yang makin melekatkan industri energi fosil pada bisnis kotor.

Kini semua orang berbicara tentang iklim. Perubahan inilah yang sudah lama dinantikan dan kita masih punya waktu untuk membuat perubahan. Tetapi untuk membuat perubahan itu, semua orang harus terlibat dan melakukan apa pun yang kita bisa.

Kita sudah melihat dampak iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya di pelbagai bagian dunia. Akhir minggu lalu Afrika diserang badai topan kedua kalinya dalam waktu satu bulan sejak badai topan Idai menghantam. Badai topan Kenneth menyerang bagian utara Mozambik yang dalam catatan sebelumnya tidak pernah ada kekuatan angin badai melanda wilayah tersebut.

Tragedi-tragedi ini menunjukkan krisis lebih besar yang tengah dihadapi umat manusia.

Pada Oktober 2018  laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengungkapkan kebenaran yang tak bisa lagi dibantah. Bahwa kita harus mengambil sejumlah langkah darurat dan segera untuk menjaga agar laju suhu tidak melebihi 1,5 derajat. Laporan ini bisa dikatakan menjadi pendorong bagi “momentum iklim” saat ini yang butuh tindakan nyata dan segera.

Menahan laju suhu ke batas 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri berarti sebuah transisi yang “cepat dan masif” terhadap sumber energi, infrastruktur, industri dan transportasi. Ini berarti mengurangi emisi karbon sebanyak 45% mulai dari tingkat di tahun 2010 hingga dasawarsa berikutnya.

Jika hal ini luput terjadi, maka berbagai wilayah yang kering akan lebih mungkin mengalami kekeringan parah, dan daerah yang rentan terhadap gelombang panas atau angin topan yang intens juga akan lebih banyak mengalami beragam bencana itu. Lebih banyak terumbu karang yang akan mati, dan es Arktika yang meleleh akan menyebabkan kenaikan permukaan laut secara dramatis. Aneka perubahan ini dapat memicu migrasi penduduk besar-besaran dan kemusnahan massal bagi hewan.

Dewasa ini banyak desakan untuk melakukan aksi iklim dipimpin oleh generasi muda–mereka yang akan menanggung planet yang semakin panas di masa depan. Mereka memimpin gerakan menuju kesepakatan masa depan, yang seharusnya sudah lama dilakukan.

Semangat dan tekad mereka sangat menginspirasi, meski bukan mereka saja yang harus membuat perubahan yang kita perlukan. Ini masalah darurat dan kita semua perlu melibatkan diri di dalamnya. Walau kita mungkin tidak sependapat dengan semua metode dan pesan yang dipilih untuk digunakan oleh suatu organisasi atau kelompok, kita semua belajar untuk bekerja bersama-sama demi mendapatkan hasil terbaik yang bisa diraih.

Saat ini masa depan kita bersama tergantung pada kemampuan memanfaatkan momentum ini serta bekerja bersama-sama untuk melawan industri energi kotor yang menyulut krisis iklim dan untuk perubahan yang abadi dan bermakna.

350.org bersama dengan para siswa yang terlibat dalam aksi pemogokan School Strike, di Extinction Rebellion serta sejumlah organisasi lainnya di seluruh dunia yang memperkuat aksi untuk perubahan iklim. Selama berbulan-bulan ke depan akan ada beragam unjuk rasa, pemogokan, demonstrasi, acara dan perkemahan aksi iklim di seluruh dunia. Ayo, ikutan daftar agar kamu tak ketinggalan perkembangan terkini, bergabunglah dengan 350.org untuk terus membuat perubahan.

FacebookTwitter